Hidup di jaman serba cepat dan serba instan membuat kita melakukan segalanya dengan cepat dan instant pula, termasuk untuk urusan perut alias makanan. Sesekali makan ‘sampah’ sih boleh-boleh saja, tapi ada baiknya jika kita mengimbanginya dengan makanan-makanan yang menyehatkan, apalagi jika makanan tersebut mampu memperlambat proses penuaan, meningkatkan daya tahan tubuh, melawan efek polusi, mencegah kanker, dan mengurangi resiko penyakit jantung dan osteoporosis.
Ada 10 jenis makanan yang bisa membantu Anda mendapatkan efek-efek hebat tersebut di atas. Penasaran, makanan apakah itu?
Yuk kita lihat satu persatu, dan jangan heran kalau mungkin semuanya sudah ada di dapur Anda.
1. Beras Merah
Nasi adalah makanan pokok orang Indonesia, tapi kita biasanya mengkonsumsi beras putih. Nah, jika Anda ingin mendapatkan manfaat lebih dari nasi, cobalah mengkonsumsi beras merah. Beras merah adalah sumber protein yang baik, sumber mineral seperti selenium yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh, dan sumber vitamin B yang dapat menyehatkan sel-sel syaraf dan system pencernaan. Beras merah juga memiliki kandungan serat yang tinggi sehingga dapat mencegah konstipasi.
Suatu studi terhadap hewan menunjukkan bahwa beras merah memiliki efek mencegah terjadinya kanker perut. Dan karena tingginya kandungan serat dan pati, beras merah juga mampu mengurangi resiko kanker usus besar. Selain itu ternyata jika kita makan nasi (dalam jumlah cukup, tentunya), kenaikan kadar gula dalam darah lebih lambat dibandingkan dengan kentang atau roti. Dan stabilnya kadar gula darah dapat membantu menjaga kestabilan jumlah energi, membantu mengendalikan diabetes, dan juga membantu mencegah kelebihan berat badan.
2. Jeruk
Jeruk adalah buah yang kaya akan vitamin C, beta karoten dan bioflavonoid yang keseluruhannya bersifat antioksidan. Vitamin C penting untuk daya tahan tubuh terhadap infeksi, dan bersama dengan flavonoid dapat meningkatkan absorpsi zat besi dalam tubuh. Jeruk juga dapat mencegah transformasi nitrat dan nitrit di dalam tubuh menjadi nitrosamine. Nitrat dan nitrit bisa didapat dari makanan yang diasap/dibakar, dan nitrosamine adalah zat yang bertanggung jawab atas terjadinya kanker perut.
Flavonoid dan vitamin C pada jeruk membantu menjaga kekuatan dinding sel pembuluh darah. Selain itu jeruk juga memiliki pectin, yaitu sejenis serat larut yang dapat membantu mengurangi kadar LDL (si kolesterol jahat) dalam darah.
3. Aprikot
Aprikot juga memiliki beta karoten dan vitamin C, yaitu antioksidan yang mampu menyapu bersih radikal bebas dalam tubuh. Apricot segar adalah salah satu sumber betakaroten terbaik. Beta karoten adalah antioksidan yang berhubungan erat dengan rendahnya resiko katarak, stroke, penyakit jantung, dan beberapa jenis kanker.
Apricot, terutama yang dikeringkan, adalah sumber kalium, yaitu mineral yang membantu pengaturan tekanan darah. Apricot juga kaya akan serat larut yang dapat menjaga kadar gula darah tetap normal dan membantu mengatasi konstipasi, juga menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
4. Brokoli
Brokoli, seperti halnya sayuran berwarna hijau tua lainnya, kaya akan kalsium, dan juga memiliki sifat anti-kanker karena kandungan beta-karoten, vitamin C dan seratnya. Studi di Amerika mengungkapkan bahwa orang-orang yang rutin mengkonsumsi brokoli tiap hari memiliki resiko kanker paru-paru lebih rendah.
Brokoli adalah sumber dari antioksidan beta karoten, vitamin C dan vitamin E. Selain itu brokoli adalah sumber asam folat, yang sangat dibutuhkan bagi para wanita yang akan dan sedang hamil untuk mencegah resiko cacat pada bayi. Selain kaya akan kalsium, brokoli juga memiliki kadar zat besi dan zinc yang tinggi.
5. Salmon
Ikan salmon adalah sumber protein yang sangat baik dan mengandung vitamin B dalam jumlah yang besar, yang dapat melindungi tubuh dari resiko anemia. Suatu riset mengindikasikan bahwa konsumsi 150 gram ikan yang memiliki kadar minyak tinggi, seperti salmon, tiap harinya, dapat membantu mengatasi gejala-gejala psoriasis, yaitu salah satu gangguan kulit kronis.
Ikan salmon juga memiliki kandungan EPA (eicosapentanoic acid) dan DHA (docosahexaenoic acid). Kedua zat tersebut dapat mengurangi resiko penggumpalan darah dan mencegah penumpukkan lemak di dinding pembuluh darah.
6. Kacang Merah
Kacang merah atau kidney bean adalah sumber protein yang rendah lemak, dan juga mengandung serat khusus yang dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh. Suatu penelitian mengungkapkan bahwa apabila kacang merah ditambahkan pada pola makan orang-orang dengan kadar lemak dan kolesterol yang tinggi dalam darah, ternyata kadar kolesterol dan lemaknya menurun.
Sifat penurun kolesterol dan lemak dari kacang ini kemungkinan berasal dari kandungan protein dan seratnya. Kacang ginjal merah dicerna dengan lambat. Saat dicerna di usus, secara berangsur-angsur mereka diserap ke dalam aliran darah dalam bentuk glukosa, menyebabkan kenaikan gula darah yang bertahap sedikit demi sedikit. Artinya hanya sedikit pula jumlah hormon insulin yang dibutuhkan untuk menjaga kadar gula darah tetap normal, dan ini sangat membantu bagi para penderita diabetes agar bisa makan tenang tanpa khawatir akan melonjaknya kadar gula darah.
Kandungan serat tak-larut dari kacang merah tidak akan dicerna di usus kecil, tapi akan diteruskan ke usus besar. Di sini bakteri akan memprosesnya menjadi asam-asam lemak rantai pendek. Asam lemak rantai pendek inilah yang kemungkinan dapat mencegah usus besar dari karsinogenik.
7. Oat
Sumber karbohidrat yang rendah lemak ini menghasilkan energi yang dilepaskan secara perlahan, juga mengandung.serat larut yang dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Penambahan oat ke menu makanan sebanyak 30-40 gram sehari, digabung dengan menu diet rendah lemak, dapat mengurangi kadar kolesterol sampai dengan sembilan persen.
Sereal tinggi karbohidrat tinggi serat seperti oat dapat membantu menurunkan berat badan karena sereal ini dapat menggantikan posisi lemak dalam makanan. Oat butuh waktu lama untuk dicerna, sehingga memberikan efek kenyang, menstabilkan kadar gula darah dan mengurangi pelepasan insulin
Hal ini penting karena insulin juga memiliki sifat mengubah timbunan gula menjadi lemak. Makanan yang kaya akan karbohidrat seperti oat dipercaya dapat menstimulasi otak untuk memberi pesan pada tubuh agar ‘berhenti makan’.
Para penderita diabetes harus menjaga kadar gula darah mereka se-normal mungkin. Asupan beberapa jenis karbohidrat dalam jumlah besar dapat menyebabkan kenaikan kadar gula darah yang cepat. Tetapi karena oat dicerna dengan lambat, maka oat menjadi sumber karbohidrat yang baik untuk para penderita diabetes.
8. Walnut
Bersama dengan kacang-kacangan dan biji-bijian lainnya, walnut kaya akan minyak tak jenuh yang dapat mengurangi resiko penyakit jantung. Suatu penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengkonsumsi walnut setidaknya empat kali seminggu memiliki resiko serangan jantung lebih rendah 50% dibanding mereka yang tidak makan walnut. Para ahli menemukan bahwa mereka yang menambahkan walnut dalam diet rendah kolesterol ternyata mampu mengurangi kadar LDL 15% lebih rendah daripada diet tanpa walnut.
Hal ini mungkin disebabkan oleh lemak tak jenuhnya, terutama kandungan asam linoleat. Asam lemak ini diubah menjadi asam gamma-linoleat dan kemudian diubah lagi menjadi senyawa mirip hormon prostaglandin yang dapat membantu menjaga kekentalan darah tetap normal, mencegah penggumpalan darah, melegakan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.
Walnut juga kaya akan vitamin B6 yang dipercaya dapat membantu para wanita dari gangguan pre-menstrual syndrome (PMS).
9. Minyak Zaitun
Kaya akan asam lemak tak jenuh tunggal, minyak zaitun dapat mengurangi resiko penyakit jantung, dan juga sumber vitamin E yang baik untuk melawan penuaan. Mengurangi konsumsi lemak padat dan menggantinya dengan minyak zaitun dapat mengurangi kadar kolesterol dalam darah hingga 10%. Dan pada setiap 1 persen pengurangna kolesterol, resiko terjadinya penyakit jantung koroner akan berkurang sebanyak dua persen.
Zaitun juga mengandung senyawa fitokimia rantai fenol yaitu flavon. Kandungan flavon dan vitamin E pada minyak zaitun membuat minyak ini memiliki kekuatan antioksidan yang tinggi. Suatu studi menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi makanan tinggi lemak tak jenuh tunggal atau minyak zaitun dengan pengurangan resiko kanker payudara.
10. Apel
Apel mengandung vitamin C yang bersifat meningkatkan kekebalan tubuh dan melawan radikal-radikal bebas. Penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi apel secara rutin dapat menurunkan kadar kolesterol darah, terutama LDL, sang kolesterol jahat.
Kombinasi khas dari serat dan asam buah di apel kemungkinan bertanggung jawab terhadap daya pencegahan dan pengobatan konstipasi. Kandungan pectin dan sifat antivirus alami dari apel menjelaskan mengapa di dunia barat apel digunakan sebagai obat tradisional untuk diare.
Apel memiliki manfaat yang sangat baik terhadap system pencernaan dan system ekskresi (system pembuangan). Hal ini mungkin akibat combinasi aksi dari asam buah yang bersifat meningkatkan pencernaan, efek antioksidan dari flavonoid quercetin, dan juga kemampuan pectin dalam meningkatkan system pembuangan.
Senin, 09 Agustus 2010
Cerpen : Gara-gara ngaret,jadi lengket
Setelah tawanya berhenti, dengan wajah yang masih menyisakan sedikit senyum, ia bertanya dengan pipi kemerahan, “Kenapa harus Nuri, nggak yang laen?”
“Soalnya Nuri itu nama yang bagus. Dan saya
cuma tau satu Nuri. Yaitu kamu…”
Jam sepuluh pagi, di rumah Nuri. Ting-tong…
Ting-tong… Ting-tong…
“Assalamu ‘alaikum…” ucap Henry pelan setelah tiga kali memencet bel di rumah Nuri yang dipasang tepat di dekat pintu pagar bertuliskan Awas, Nggak Ada Anjing!, yang dipasangnya sendiri. Tuh anak emang ada-ada aja kelakuannya.
“Waalaikumsalam…” suara mama Nuri terdengar
lembut dari dalam dan langsung membukakan pintu.
“Eh, Nak Henry. Kok baru dateng?”
“Aduh, iya nih, Tante. Maaf deh, saya
terlambat! Eng… Nuri-nya masih ada nggak, Tante?
Ada, kan? Ada apa ada? Aduh, ada dong?” sahut Henry bingung. Soalnya hari ini dia emang udah janji mau menjemput ceweknya itu untuk berangkat kuliah bareng. Kebetulan, mereka emang satu kampus. Cuma lain jurusan. Henry di Komputer, sedangkan Nuri di Ekonomi.
Mama Nuri tertawa kecil ngeliat tingkah
Henry yang sedikit konyol dan agak-agak ajaib itu.
“Oo… Nuri, sekarang dia…”
“Sekarang dia masih sarapan ya, Tante?”
potong Henry sambil berharap dugaannya benar. “Wah, kalo gitu keneberan nih. Soalnya tadi, di rumah, saya juga belum sempat sarapan. Pengen buru-buru ke sini…” sambungnya lagi nggak tau malu.
“Sarapan?” Mama Nuri mengernyitkan alisnya
dengan perasaan heran. “Ya udah kalo gitu, kebetulan tadi Tante menggoreng nasinya agak banyakan. Tuh, ada di meja makan…” ujar mama Nuri sambil menunjuk ke dalam.
“Masuk aja!”
Henry tersenyum, lalu membungkukkan tubuhnya
sedikit sebagai tanda hormat sekaligus minta izin
untuk ke dalam menemui Nuri yang lagi sarapan. Tapi begitu sampai di meja makan, dilihatnya nggak ada orang sama sekali. Henry jelas bingung lagi. “Apa iya lagi pada main petak umpet?” pikirnya dalam hati. Tapi mama Nuri yang menyusul ke dalam langsung aja menawarkan Henry makan.
“Lho, tadi katanya mau sarapan? Kok sekarang nggak dimakan? Nggak doyan, ya, sama masakan Tante?”
“Ah, enggak kok!”
“Tuh kan, nggak doyan…”
“Eng, bukan itu maksudnya, Tante.” Henry kelabakan.
“Maksud saya, saya mau sarapan bareng sama Nuri. Nuri-nya lagi ke kamar mandi ya, Tante. Cuci
tangan…”
“Nuri?” Mama Nuri bertanya heran.
“Iya, Tante ini gimana sih, tadi katanya Nuri lagi
sarapan? Kok sekarang nggak ada? Berarti lagi cuci tangan, dong? Apa masih dandan di kamarnya? Emangnya cewek itu kalo dandan harus lama ya, Tante?”
Mama Nuri cuma tersenyum kecil sambil geleng-geleng kepala ngeliatin Henry yang pagi ini mendadak jadi agak cerewet itu.
“Lho, Nuri-nya kan udah berangkat dari tadi…” ujarnya pelan sambil tetap
memperlihatkan senyumnya yang dari tadi nggak ilang-ilang. Senyum khas seorang ibu.
“Apa, udah berangkat?!” Henry yang semula udah siap megang piring buat ngambil nasi jadi terbelalak kaget.
“Lho, kenapa? Kamu kok jadi kaget begitu?”
“Lho, Tante ini gimana sih, tadi katanya Nuri lagi
sarapan?” ujar Henry lagi sambil meletakkan piring
yang tadi udah dipegang.
“Siapa yang bilang? Tante nggak bilang begitu kok? Tadi kan kamu tanya, Nuri ada apa nggak? Tapi Tante belum selesai ngomong, eh, kamunya udah keburu motong…” ujar mama Nuri sambil tertawa kecil.
“Katanya sih, pagi ini dia ada ujian. Tapi kamu
nggak dateng-dateng, jadi dia takut kesiangan.
Padahal tadi udah ditungguin sampe jam sembilan
lewat lho. Emangnya, kalo boleh Tante tau, jam
sembilan tadi kamu lagi di mana sih? Kena macet, ya? Padahal kan, jarak rumah kamu ke sini nggak jauh-jauh amat…”
“Eng… jam sembilan tadi, s... saya… s... saya baru
bangun, Tante…” jawab Henry malu-malu. Malahan
hampir nutupin mukanya pake serbet makan yang
ditaruh di dekat piring. “Apa, baru bangun?!” kini giliran mama Nuri yang
kaget.
“I... iya, Tante. Soalnya semalem saya belum makan. Jadi tadi bangunnya kesiangan…”
“Lho, apa hubungannya?” pikir mama Nuri dalam hati. Heran, kok mau-maunya Nuri pacaran sama anak kayak gitu.
“Kalo gitu saya langsung ke kampus aja deh, Tante.
Soalnya siang nanti saya juga ada ujian…” kata Henry akhirnya. “Permisi, Tante. Assalamu ‘alaikum…”
“Waalaikumsalam,” jawab mama Nuri sambil bengong.
“Lho, nggak jadi sarapaan?” sambungnya lagi seperti teringat sesuatu dengan suara sedikit keras.
“Makasih, Tante. Ntar aja di kampus…”
Setibanya di kampus, Henry langsung bergegas
menuju kelasnya di lantai empat. Padahal cacing-
cacing dalam perutnya udah teriak-teriak meminta
jatah. Tapi Henry nggak perduli. Sambil jalan, dia
mengambil handphone bututnya dan langsung menelepon Nuri dengan perasaan waswas, takut kalau Nuri marah.
“Halo, Nuri?” sapa Henry pelan.
“Iya,” balas suara di ujung sana dengan nada
sedikit kesal.
“Eng, saya cuma mau bilang maaf soal yang tadi pagi. Barusan saya dari rumah kamu, tapi kamu udah jalan…”
“Ya udah, nggak apa-apa kok.” Jawaban Nuri
masih datar.
“Bener nih, nggak apa-apa?” tanya Henry
takut-takut.
“Iya, nggak apa-apa. Eh, nanti sore sepulang kuliah
kamu anterin saya ke tempat kursus, ya? Soalnya saya lagi males berangkat sendiri. Sekalian itung-itung nebus dosa kamu yang tadi. Bisa nggak? Kalo nggak bisa juga nggak apa-apa…”
“Oh, bisa, bisa. Jam berapa?”
“Ya, kira-kira jam tiga deh. Saya tunggu di
depan gerbang…”
“Ya udah. Ntar saya ke sana...”
“Bener, ya?”
“Iya.”
“Ya udah, bye…”
“Bye.”
Di kelas, dosen Statistik sudah memulai
perkuliahan. Henry langsung masuk dan memilih bangku yang paling belakang. Bersebelahan dengan Putri mungil yang lagi sibuk ngerjain soal sambil jari-jemarinya yang lentik memijit-mijit tombol kalkulator.
“Udah lama, Put?” tanya Henry sambil
mengambil diktat merah tebal dari tasnya.
“Ya… ada kali setengah jam. Tapi belum
diabsen kok…” jawab Putri tanpa menoleh ke Sidney. Pandangannya tak lepas dari kalkulatornya.
“Lo ke mana aja, sih? Hari gini baru keliatan?” “Biasa…”
“Wuu, pacaran terus sih lo…”
“Heh, ceramahnya ntar aja. Sekarang gue liat
jawaban lo.”
“Jawaban apaan? Gue aja nggak ngerti!”
“Lha, elo dari tadi mencet-mencet kalkulator
ngitungin apaan?”
“Yee, orang gue lagi bikin anggaran belanja
buat minggu depan…”
“Sialan, sama aja kalo gitu!”
He he he… Putri nyengir.
Di gerbang kampus, Nuri udah gelisah
nungguin Henry yang sampe sekarang belum nongol-nongol juga. Padahal hari udah semakin sore. Ditambah lagi jalanan pasti macet semua. Itu berarti Nuri nggak mau telat lagi ke tempat kursusnya seperti beberapa minggu kemarin. Mana Henry ditelepon nggak nyambung-nyambung. “Dijual kali tu
HP,” pikir Nuri asal. Dicariin ke kelasnya juga
nggak ada. Kayaknya sih udah bubar dari tadi. “Tapi ke mana ya tu anak?” Cukup lama juga Nuri terus celingukan mencari-cari, sampai akhirnya melihat bayangan Henry yang dari jauh udah lari-larian. Sesaat, Nuri langsung pasang muka jutek.
“Sori, saya, telat,” ujar Henry meminta maaf begitu tiba sambil mengatur napasnya yang masih ngos-ngosan setelah berlari-lari kecil.
Nuri memandang sebal ke arah Henry. “Kamu
tau nggak, sekarang udah jam berapa? Dan alasan apa lagi yang mau kamu katakan?”
“Iya, saya tau, saya salah. Tapi tadi tuh
ada orang yang butuh pertolongan saya...” jawab
Henry pelan setelah nafasnya kembali normal.
“Eh, denger, ya? Saya tuh udah cukup sabar
panas-panasan nungguin kamu sampe dua jam begini. Sampe ngebela-belain nggak ikut kursus komputer. Tapi kamu tuh emang nggak pernah on time. Dan kamu ngelakuin ini berulang-ulang. Kamu nggak pernah mau ngertiin saya. Kamu lebih mentingin temen-temen kamu daripada saya. Saya juga denger, kamu mulai berani ngegoda-godain Vonny kayak temen-temen kamu yang lain. Iya, kan? Ngaku aja deh? Emangnya saya kurang apa sih? Saya benci sama kamu! Pokoknya jangan cari
saya lagi…” kata Nuri akhirnya lalu berbalik
meninggalkan Henry. “Nuri, denger dulu dong?” Henry mencoba menjelaskan.
“Sebenernya saya tuh bisa dateng tanpa telat sedetik pun…”
“Alasan! Kenyataannya sekarang kamu telat
lagi, kan!”
“Iya, tapi denger dulu, dong? Tadi kan saya ke
supermarket yang di dekat pertigaan situ. Mau beli
cokelat buat kamu, karena tadi saya udah telat
menjemput kamu. Eh, pas di jalan ada nenek-nenek
yang kerepotan gara-gara dia bawa belanjaan banyak banget. Saya kasian ngeliatnya. Terus, begitu saya tanya, katanya dia mau ke stasiun. Ya udah, saya
anterin aja…” seru Henry sambil ngejar-ngejar Nuri yang sedikit menjauh.
“Tapi nggak akan jadi selama ini, kan?” kata
Nuri ketus.
“Iya. Tapi begitu sampe di stasiun, dompet
nenek itu dicopet orang. Nenek itu nangis sekencang-kencangnya sambil mengutuki para pencopet yang udah lari itu. Tapi orang-orang di sekelilingnya yang melihat, nggak ada yang perduli sama sekali. Akhirnya saya anterin aja nenek itu ke rumahnya yang kebetulan emang nggak jauh dari stasiun. Begitu sampe di rumahnya, dan ketika nenek itu membuka pintu, tiba-tiba dari dalam kamar terdengar suara seperti orang berteriak. Sebenernya saat itu saya udah mau pergi, tapi karena penasaran dengan suara teriakan tadi, saya nunggu sebentar di depan pintu sambil memastikan betul bahwa tidak ada apa-apa. Eh, nggak lama kemudian, saya malah ngedenger suara si nenek yang ikutan teriak. Malahan lebih kencang. Karena takut ada apa-apa, saya masuk aja. Eh, ternyata ada seorang ibu muda yang mau ngelahirin. Perutnya gede banget…”
“Ngelahirin apa?” Nuri nggak nangkep.
“Semut!” Henry jadi emosi.
“Nenek itu bingung mau minta tolong sama siapa lagi selain sama saya. Dan saya jadi tambah nggak tega ngeliat ibu itu yang terus teriak-teriak menahan sakit di perutnya. Makanya saya anterin mereka ke rumah sakit terdekat...” “Emang ibu itu siapanya si nenek?” Nuri mulai
tertarik.
“Nggak tau juga, katanya sih anaknya…”
“Terus gimana akhirnya si ibu itu?”
“Ya, nggak apa-apa sih. Soalnya, kata
dokter, kalo saya telat sedikit aja nganterin ibu
itu ke rumah sakit, bisa bahaya. Soalnya ini urusan
nyawa.”
“Untung kamu cepet datengnya…”
“Iya. Cuma, pas sampe di rumah sakit, ibu
itu nggak mau ngelepasin tangan saya sampe anaknya lahir…”
“Hah, jadi kamu ngeliat pas anaknya lahir?”
kata Nuri antusias.
“Iya…”
“Terus kamu ngeliat apanya lagi? Kamu
ngeliat itunya, ya? Ayo jawab!” Nuri mulai galak.
“Itunya apanya?” Henry jadi bingung.
“Ya, anaknya…”
“Ya, iyalah...”
“Hah! Berarti kamu juga ngeliat itunya,
dong?” Nuri makin galak lagi.
“Itunya apanya?”
“Ya, itunya?”
“Iya sih, tapi cuma sedikit. Soalnya
kealingan...”
“Kealingan? Emang kamu ngeliat apanya?”
“Guntingnya.”
“Oh, kirain itunya…”
“Padahal waktu itu pun saya udah mau pergi nemuin kamu. Tapi tiba-tiba suami ibu itu dateng. Dia ngucapin makasih banget sama saya. Sampe nyembah-nyembah saya segala. Saya kan jadi nggak enak. Terus dia minta agar saya sekalian ngasih nama buat anaknya yang baru lahir itu. Soalnya katanya kalo nggak ada saya, mungkin anak itu nggak akan lahir…”
“Terus, kamu ngasih nama apa?”
“Nah, itu dia. Saat itu saya juga bingung
mau ngasih nama apa. Soalnya, terus terang aja, ini
yang pertama buat saya ngasih nama seorang anak.
Lagi pula nama yang saya tau cuma sedikit. Misalnya, Udin, Otong, Mamat, Kubil…”
“Terus mereka suka?”
“Ya nggaklah. Lalu mereka semua tampak
berpikir berat. Sampai tiba-tiba sang nenek berkata, ‘Bagaimana kalau pakai nama kamu saja?’ Dan akhirnya semua setuju pake nama saya…”
“Wah, nggak nyangka. Jadi akhirnya bayi itu
dinamain Henry?” tanya Nuri lagi sambil terkagum-
kagum.
“Iya, nampaknya mereka semua suka. Tapi saya
rasa itu nggak baik…”
“Lho, kenapa?” sahut Nuri dengan suara pelan.
“Harusnya bayi itu dinamain Nuri.”
“Kok?” Nuri jadi bingung.
“Soalnya bayi itu perempuan. Putih, lucu, dan manis. Kalo udah gede pasti cantik, pinter…”
Sesaat kemudian, Nuri tertawa lepas.
Setelah tawanya berhenti, dengan wajah yang masih menyisakan sedikit senyum, ia bertanya dengan pipi kemerahan,
“Kenapa harus Nuri, nggak yang laen?”
“Soalnya Nuri itu nama yang bagus. Dan saya
cuma tau satu Nuri. Yaitu kamu…”
Setelah mendengar itu, Nuri langsung klepek-klepek. Dan sejak saat itu, nggak pernah terdengar lagi perselisihan di antara mereka. Justru hubungan mereka makin lengket aja, kayak lem aibon…
“Soalnya Nuri itu nama yang bagus. Dan saya
cuma tau satu Nuri. Yaitu kamu…”
Jam sepuluh pagi, di rumah Nuri. Ting-tong…
Ting-tong… Ting-tong…
“Assalamu ‘alaikum…” ucap Henry pelan setelah tiga kali memencet bel di rumah Nuri yang dipasang tepat di dekat pintu pagar bertuliskan Awas, Nggak Ada Anjing!, yang dipasangnya sendiri. Tuh anak emang ada-ada aja kelakuannya.
“Waalaikumsalam…” suara mama Nuri terdengar
lembut dari dalam dan langsung membukakan pintu.
“Eh, Nak Henry. Kok baru dateng?”
“Aduh, iya nih, Tante. Maaf deh, saya
terlambat! Eng… Nuri-nya masih ada nggak, Tante?
Ada, kan? Ada apa ada? Aduh, ada dong?” sahut Henry bingung. Soalnya hari ini dia emang udah janji mau menjemput ceweknya itu untuk berangkat kuliah bareng. Kebetulan, mereka emang satu kampus. Cuma lain jurusan. Henry di Komputer, sedangkan Nuri di Ekonomi.
Mama Nuri tertawa kecil ngeliat tingkah
Henry yang sedikit konyol dan agak-agak ajaib itu.
“Oo… Nuri, sekarang dia…”
“Sekarang dia masih sarapan ya, Tante?”
potong Henry sambil berharap dugaannya benar. “Wah, kalo gitu keneberan nih. Soalnya tadi, di rumah, saya juga belum sempat sarapan. Pengen buru-buru ke sini…” sambungnya lagi nggak tau malu.
“Sarapan?” Mama Nuri mengernyitkan alisnya
dengan perasaan heran. “Ya udah kalo gitu, kebetulan tadi Tante menggoreng nasinya agak banyakan. Tuh, ada di meja makan…” ujar mama Nuri sambil menunjuk ke dalam.
“Masuk aja!”
Henry tersenyum, lalu membungkukkan tubuhnya
sedikit sebagai tanda hormat sekaligus minta izin
untuk ke dalam menemui Nuri yang lagi sarapan. Tapi begitu sampai di meja makan, dilihatnya nggak ada orang sama sekali. Henry jelas bingung lagi. “Apa iya lagi pada main petak umpet?” pikirnya dalam hati. Tapi mama Nuri yang menyusul ke dalam langsung aja menawarkan Henry makan.
“Lho, tadi katanya mau sarapan? Kok sekarang nggak dimakan? Nggak doyan, ya, sama masakan Tante?”
“Ah, enggak kok!”
“Tuh kan, nggak doyan…”
“Eng, bukan itu maksudnya, Tante.” Henry kelabakan.
“Maksud saya, saya mau sarapan bareng sama Nuri. Nuri-nya lagi ke kamar mandi ya, Tante. Cuci
tangan…”
“Nuri?” Mama Nuri bertanya heran.
“Iya, Tante ini gimana sih, tadi katanya Nuri lagi
sarapan? Kok sekarang nggak ada? Berarti lagi cuci tangan, dong? Apa masih dandan di kamarnya? Emangnya cewek itu kalo dandan harus lama ya, Tante?”
Mama Nuri cuma tersenyum kecil sambil geleng-geleng kepala ngeliatin Henry yang pagi ini mendadak jadi agak cerewet itu.
“Lho, Nuri-nya kan udah berangkat dari tadi…” ujarnya pelan sambil tetap
memperlihatkan senyumnya yang dari tadi nggak ilang-ilang. Senyum khas seorang ibu.
“Apa, udah berangkat?!” Henry yang semula udah siap megang piring buat ngambil nasi jadi terbelalak kaget.
“Lho, kenapa? Kamu kok jadi kaget begitu?”
“Lho, Tante ini gimana sih, tadi katanya Nuri lagi
sarapan?” ujar Henry lagi sambil meletakkan piring
yang tadi udah dipegang.
“Siapa yang bilang? Tante nggak bilang begitu kok? Tadi kan kamu tanya, Nuri ada apa nggak? Tapi Tante belum selesai ngomong, eh, kamunya udah keburu motong…” ujar mama Nuri sambil tertawa kecil.
“Katanya sih, pagi ini dia ada ujian. Tapi kamu
nggak dateng-dateng, jadi dia takut kesiangan.
Padahal tadi udah ditungguin sampe jam sembilan
lewat lho. Emangnya, kalo boleh Tante tau, jam
sembilan tadi kamu lagi di mana sih? Kena macet, ya? Padahal kan, jarak rumah kamu ke sini nggak jauh-jauh amat…”
“Eng… jam sembilan tadi, s... saya… s... saya baru
bangun, Tante…” jawab Henry malu-malu. Malahan
hampir nutupin mukanya pake serbet makan yang
ditaruh di dekat piring. “Apa, baru bangun?!” kini giliran mama Nuri yang
kaget.
“I... iya, Tante. Soalnya semalem saya belum makan. Jadi tadi bangunnya kesiangan…”
“Lho, apa hubungannya?” pikir mama Nuri dalam hati. Heran, kok mau-maunya Nuri pacaran sama anak kayak gitu.
“Kalo gitu saya langsung ke kampus aja deh, Tante.
Soalnya siang nanti saya juga ada ujian…” kata Henry akhirnya. “Permisi, Tante. Assalamu ‘alaikum…”
“Waalaikumsalam,” jawab mama Nuri sambil bengong.
“Lho, nggak jadi sarapaan?” sambungnya lagi seperti teringat sesuatu dengan suara sedikit keras.
“Makasih, Tante. Ntar aja di kampus…”
Setibanya di kampus, Henry langsung bergegas
menuju kelasnya di lantai empat. Padahal cacing-
cacing dalam perutnya udah teriak-teriak meminta
jatah. Tapi Henry nggak perduli. Sambil jalan, dia
mengambil handphone bututnya dan langsung menelepon Nuri dengan perasaan waswas, takut kalau Nuri marah.
“Halo, Nuri?” sapa Henry pelan.
“Iya,” balas suara di ujung sana dengan nada
sedikit kesal.
“Eng, saya cuma mau bilang maaf soal yang tadi pagi. Barusan saya dari rumah kamu, tapi kamu udah jalan…”
“Ya udah, nggak apa-apa kok.” Jawaban Nuri
masih datar.
“Bener nih, nggak apa-apa?” tanya Henry
takut-takut.
“Iya, nggak apa-apa. Eh, nanti sore sepulang kuliah
kamu anterin saya ke tempat kursus, ya? Soalnya saya lagi males berangkat sendiri. Sekalian itung-itung nebus dosa kamu yang tadi. Bisa nggak? Kalo nggak bisa juga nggak apa-apa…”
“Oh, bisa, bisa. Jam berapa?”
“Ya, kira-kira jam tiga deh. Saya tunggu di
depan gerbang…”
“Ya udah. Ntar saya ke sana...”
“Bener, ya?”
“Iya.”
“Ya udah, bye…”
“Bye.”
Di kelas, dosen Statistik sudah memulai
perkuliahan. Henry langsung masuk dan memilih bangku yang paling belakang. Bersebelahan dengan Putri mungil yang lagi sibuk ngerjain soal sambil jari-jemarinya yang lentik memijit-mijit tombol kalkulator.
“Udah lama, Put?” tanya Henry sambil
mengambil diktat merah tebal dari tasnya.
“Ya… ada kali setengah jam. Tapi belum
diabsen kok…” jawab Putri tanpa menoleh ke Sidney. Pandangannya tak lepas dari kalkulatornya.
“Lo ke mana aja, sih? Hari gini baru keliatan?” “Biasa…”
“Wuu, pacaran terus sih lo…”
“Heh, ceramahnya ntar aja. Sekarang gue liat
jawaban lo.”
“Jawaban apaan? Gue aja nggak ngerti!”
“Lha, elo dari tadi mencet-mencet kalkulator
ngitungin apaan?”
“Yee, orang gue lagi bikin anggaran belanja
buat minggu depan…”
“Sialan, sama aja kalo gitu!”
He he he… Putri nyengir.
Di gerbang kampus, Nuri udah gelisah
nungguin Henry yang sampe sekarang belum nongol-nongol juga. Padahal hari udah semakin sore. Ditambah lagi jalanan pasti macet semua. Itu berarti Nuri nggak mau telat lagi ke tempat kursusnya seperti beberapa minggu kemarin. Mana Henry ditelepon nggak nyambung-nyambung. “Dijual kali tu
HP,” pikir Nuri asal. Dicariin ke kelasnya juga
nggak ada. Kayaknya sih udah bubar dari tadi. “Tapi ke mana ya tu anak?” Cukup lama juga Nuri terus celingukan mencari-cari, sampai akhirnya melihat bayangan Henry yang dari jauh udah lari-larian. Sesaat, Nuri langsung pasang muka jutek.
“Sori, saya, telat,” ujar Henry meminta maaf begitu tiba sambil mengatur napasnya yang masih ngos-ngosan setelah berlari-lari kecil.
Nuri memandang sebal ke arah Henry. “Kamu
tau nggak, sekarang udah jam berapa? Dan alasan apa lagi yang mau kamu katakan?”
“Iya, saya tau, saya salah. Tapi tadi tuh
ada orang yang butuh pertolongan saya...” jawab
Henry pelan setelah nafasnya kembali normal.
“Eh, denger, ya? Saya tuh udah cukup sabar
panas-panasan nungguin kamu sampe dua jam begini. Sampe ngebela-belain nggak ikut kursus komputer. Tapi kamu tuh emang nggak pernah on time. Dan kamu ngelakuin ini berulang-ulang. Kamu nggak pernah mau ngertiin saya. Kamu lebih mentingin temen-temen kamu daripada saya. Saya juga denger, kamu mulai berani ngegoda-godain Vonny kayak temen-temen kamu yang lain. Iya, kan? Ngaku aja deh? Emangnya saya kurang apa sih? Saya benci sama kamu! Pokoknya jangan cari
saya lagi…” kata Nuri akhirnya lalu berbalik
meninggalkan Henry. “Nuri, denger dulu dong?” Henry mencoba menjelaskan.
“Sebenernya saya tuh bisa dateng tanpa telat sedetik pun…”
“Alasan! Kenyataannya sekarang kamu telat
lagi, kan!”
“Iya, tapi denger dulu, dong? Tadi kan saya ke
supermarket yang di dekat pertigaan situ. Mau beli
cokelat buat kamu, karena tadi saya udah telat
menjemput kamu. Eh, pas di jalan ada nenek-nenek
yang kerepotan gara-gara dia bawa belanjaan banyak banget. Saya kasian ngeliatnya. Terus, begitu saya tanya, katanya dia mau ke stasiun. Ya udah, saya
anterin aja…” seru Henry sambil ngejar-ngejar Nuri yang sedikit menjauh.
“Tapi nggak akan jadi selama ini, kan?” kata
Nuri ketus.
“Iya. Tapi begitu sampe di stasiun, dompet
nenek itu dicopet orang. Nenek itu nangis sekencang-kencangnya sambil mengutuki para pencopet yang udah lari itu. Tapi orang-orang di sekelilingnya yang melihat, nggak ada yang perduli sama sekali. Akhirnya saya anterin aja nenek itu ke rumahnya yang kebetulan emang nggak jauh dari stasiun. Begitu sampe di rumahnya, dan ketika nenek itu membuka pintu, tiba-tiba dari dalam kamar terdengar suara seperti orang berteriak. Sebenernya saat itu saya udah mau pergi, tapi karena penasaran dengan suara teriakan tadi, saya nunggu sebentar di depan pintu sambil memastikan betul bahwa tidak ada apa-apa. Eh, nggak lama kemudian, saya malah ngedenger suara si nenek yang ikutan teriak. Malahan lebih kencang. Karena takut ada apa-apa, saya masuk aja. Eh, ternyata ada seorang ibu muda yang mau ngelahirin. Perutnya gede banget…”
“Ngelahirin apa?” Nuri nggak nangkep.
“Semut!” Henry jadi emosi.
“Nenek itu bingung mau minta tolong sama siapa lagi selain sama saya. Dan saya jadi tambah nggak tega ngeliat ibu itu yang terus teriak-teriak menahan sakit di perutnya. Makanya saya anterin mereka ke rumah sakit terdekat...” “Emang ibu itu siapanya si nenek?” Nuri mulai
tertarik.
“Nggak tau juga, katanya sih anaknya…”
“Terus gimana akhirnya si ibu itu?”
“Ya, nggak apa-apa sih. Soalnya, kata
dokter, kalo saya telat sedikit aja nganterin ibu
itu ke rumah sakit, bisa bahaya. Soalnya ini urusan
nyawa.”
“Untung kamu cepet datengnya…”
“Iya. Cuma, pas sampe di rumah sakit, ibu
itu nggak mau ngelepasin tangan saya sampe anaknya lahir…”
“Hah, jadi kamu ngeliat pas anaknya lahir?”
kata Nuri antusias.
“Iya…”
“Terus kamu ngeliat apanya lagi? Kamu
ngeliat itunya, ya? Ayo jawab!” Nuri mulai galak.
“Itunya apanya?” Henry jadi bingung.
“Ya, anaknya…”
“Ya, iyalah...”
“Hah! Berarti kamu juga ngeliat itunya,
dong?” Nuri makin galak lagi.
“Itunya apanya?”
“Ya, itunya?”
“Iya sih, tapi cuma sedikit. Soalnya
kealingan...”
“Kealingan? Emang kamu ngeliat apanya?”
“Guntingnya.”
“Oh, kirain itunya…”
“Padahal waktu itu pun saya udah mau pergi nemuin kamu. Tapi tiba-tiba suami ibu itu dateng. Dia ngucapin makasih banget sama saya. Sampe nyembah-nyembah saya segala. Saya kan jadi nggak enak. Terus dia minta agar saya sekalian ngasih nama buat anaknya yang baru lahir itu. Soalnya katanya kalo nggak ada saya, mungkin anak itu nggak akan lahir…”
“Terus, kamu ngasih nama apa?”
“Nah, itu dia. Saat itu saya juga bingung
mau ngasih nama apa. Soalnya, terus terang aja, ini
yang pertama buat saya ngasih nama seorang anak.
Lagi pula nama yang saya tau cuma sedikit. Misalnya, Udin, Otong, Mamat, Kubil…”
“Terus mereka suka?”
“Ya nggaklah. Lalu mereka semua tampak
berpikir berat. Sampai tiba-tiba sang nenek berkata, ‘Bagaimana kalau pakai nama kamu saja?’ Dan akhirnya semua setuju pake nama saya…”
“Wah, nggak nyangka. Jadi akhirnya bayi itu
dinamain Henry?” tanya Nuri lagi sambil terkagum-
kagum.
“Iya, nampaknya mereka semua suka. Tapi saya
rasa itu nggak baik…”
“Lho, kenapa?” sahut Nuri dengan suara pelan.
“Harusnya bayi itu dinamain Nuri.”
“Kok?” Nuri jadi bingung.
“Soalnya bayi itu perempuan. Putih, lucu, dan manis. Kalo udah gede pasti cantik, pinter…”
Sesaat kemudian, Nuri tertawa lepas.
Setelah tawanya berhenti, dengan wajah yang masih menyisakan sedikit senyum, ia bertanya dengan pipi kemerahan,
“Kenapa harus Nuri, nggak yang laen?”
“Soalnya Nuri itu nama yang bagus. Dan saya
cuma tau satu Nuri. Yaitu kamu…”
Setelah mendengar itu, Nuri langsung klepek-klepek. Dan sejak saat itu, nggak pernah terdengar lagi perselisihan di antara mereka. Justru hubungan mereka makin lengket aja, kayak lem aibon…
Best Friend

Pernah gak diantara lo smua ngalamin yg namanya dikhianatin teman? Pasti pernah dwonk…Gimana gk? Wong di zaman super canggih ini yang namanya mencari seorang teman itu bukanlah sesuatu hal yg mudah, apalagi mempunyai sahabat sejati. Seperti pepatah bilang, ″Cari musuh itu lebih mudah dibanding mencari teman”. Klo dipikir2, ada benernya juga ya…
Mang yang namanya sahabat sejati itu seperti apa sech? Sahabat sejati adalah seseorang yang bisa menerima qta apa adanya, baik suka maupun duka. Mmm…kira2 masih ada gak ya org yang seperti itu? Susah gk ya wat cari sahabat sejati? Do’oh…gak usah binun2 gtu donk…coba dech, lo intip tips bagaimana mencari seorang sahabat sejati di bawah ini :
1. Jangan cuma karena masalah sepele, persahabatan lo b2 jadi ancur.
Komunikasi and ngobrol dari hati ke hati adalah salah satu solusi wat
memperbaiki hubungan yg sedang bermasalah.
2. Sikap saling menghormati ‘n menghargai harus diterapkan dalam sebuah
persahabatan. Karena, jika lo menghormati org laen, otomatis org tsb akan
menghormati lo juga nantinya.
3. Sifat cemburu harus dihilangkan jauh-jauh dari diri lo. Contohnya nich...klo
sahabat lo berhasil dalam melakukan sesuatu, harusnya lo tuch sebagai
sahabat wajib memberinya semangat ‘n berbangga hati, bukannya
menumbuhkan benih cemburu di hati lo.
4. Dalam sebuah ikatan persahabatan, berfikiran positif ‘n bersedia menerima
kelebihan atawa kelemahan sahabatnya adalah suatu hal yang harus
diterapkan.
5. Jika memungkinkan, carilah seorang sahabat yang mempunyai hobi ato sifat yg
sama, karena...ini dapat mempermudah lo dalam berteman.
6. Jadilah seorang pendengar yang baik. Ini bisa diterapkan pada saat sahabat lo
gi curhat ttg masalahnya and lo gak mampu wat ngasih solusinya, menjadi
‘good listener’ adalah hal yang paling mulia wat dilakuin.
7. Saling mengisi satu sama lain. Misalnya nie…saling sharing tentang pengalaman
‘n pengetahuan baru. Kan mayan tuch…jadi nambah wawasan tiap harinya.
8. Sikap jujur ‘n ikhlas kudu ada dalam sebuah persahabatan. Gak mungkin kan
persahabatan lo bisa berjalan kalo lo b2 saling membohongi.
9. Jangan sekali2 membebani sahabat lo dgn masalah yg lo hadapi. Bwat sekedar
sharing sich bolelebo aza, cuman…jgn ampe sahabat lo ikut terbebani juga
donk…
10. Menjaga ucapan ‘n tutur kata adalah hal penting yang harus dilakuin, supaya
sahabat lo gk sakit ati dgn ucapan lo. Jadi inget pepatah nich…“Mulutmu
adalah Harimaumu”.
Sabtu, 07 Agustus 2010
"Too Little, Too Late"
[Verse 1:]
Come with me
Stay the night
You say the words but boy it don't feel right
What do ya expect me to say (You know it's just too little too late)
You take my hand
And you say you've changed
But boy you know your begging don't fool me
Because to you it's just a game (You know it's just too little too late)
So let me on down
'Cause time has made me strong
I'm starting to move on
I'm gonna say this now
Your chance has come and gone
And you know...
[Chorus:]
It's just too little too late
a little too wrong
And I can't wait
But you know all the right things to say (You know it's just too little too late)
You say you dream of my face
But you don't like me
You just like the chase
To be real
It doesn't matter anyway (You know it's just too little too late)
Yeah yeaaahhh... It's just too little too late... Mhmmm
[Verse 2:]
I was young
And in love
I gave you everything
But it wasn't enough
And now you wanna communicate (You know it's just too little too late)
Go find someone else
In letting you go
I'm loving myself
You got a problem
But don't come asking me for help
'Cause you know...
[Chorus:]
It's just too little too late
a little too wrong
And I can't wait
But you know all the right things to say (You know it's just too little too late)
You say you dream of my face
But you don't like me
You just like the chase
To be real
It doesn't matter anyway (You know it's just too little too late)
[Bridge]
I can love with all of my heart, baby
I know I have so much to give (I have so much to give)
With a player like you I don't have a prayer
That's no way to live
Ohhhh... mmm nooo
It's just too little too late
Yeaahhhh...
[Chorus:]
It's just too little too late
a little too wrong
And I can't wait
But you know all the right things to say (You know it's just too little too late)
You say you dream of my face
But you don't like me
You just like the chase
To be real
It doesn't matter anyway (You know it's just too little too late)
Yeah
You know it's just too little too late
Oh, I can't wait
[Chorus (fading):]
It's just too little too late
a little too wrong
And I can't wait
But you know all the right things to say (You know it's just too little too late)
You say you dream of my face
But you don't like me
You just like the chase
To be real
Come with me
Stay the night
You say the words but boy it don't feel right
What do ya expect me to say (You know it's just too little too late)
You take my hand
And you say you've changed
But boy you know your begging don't fool me
Because to you it's just a game (You know it's just too little too late)
So let me on down
'Cause time has made me strong
I'm starting to move on
I'm gonna say this now
Your chance has come and gone
And you know...
[Chorus:]
It's just too little too late
a little too wrong
And I can't wait
But you know all the right things to say (You know it's just too little too late)
You say you dream of my face
But you don't like me
You just like the chase
To be real
It doesn't matter anyway (You know it's just too little too late)
Yeah yeaaahhh... It's just too little too late... Mhmmm
[Verse 2:]
I was young
And in love
I gave you everything
But it wasn't enough
And now you wanna communicate (You know it's just too little too late)
Go find someone else
In letting you go
I'm loving myself
You got a problem
But don't come asking me for help
'Cause you know...
[Chorus:]
It's just too little too late
a little too wrong
And I can't wait
But you know all the right things to say (You know it's just too little too late)
You say you dream of my face
But you don't like me
You just like the chase
To be real
It doesn't matter anyway (You know it's just too little too late)
[Bridge]
I can love with all of my heart, baby
I know I have so much to give (I have so much to give)
With a player like you I don't have a prayer
That's no way to live
Ohhhh... mmm nooo
It's just too little too late
Yeaahhhh...
[Chorus:]
It's just too little too late
a little too wrong
And I can't wait
But you know all the right things to say (You know it's just too little too late)
You say you dream of my face
But you don't like me
You just like the chase
To be real
It doesn't matter anyway (You know it's just too little too late)
Yeah
You know it's just too little too late
Oh, I can't wait
[Chorus (fading):]
It's just too little too late
a little too wrong
And I can't wait
But you know all the right things to say (You know it's just too little too late)
You say you dream of my face
But you don't like me
You just like the chase
To be real
Langganan:
Postingan (Atom)